Jakarta, Ma’arif-NU Online – Presiden RI Joko Widodo secara resmi membuka Kongres ke-17 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), dalam pidatonya Jokowi sempat menyinggung kondisi saat ini dengan kelakar, Kamis (24/11) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Saat mengawali pidatonya, Jokowi menyinggung dengan mengungkapkan bahwa Jakarta saat ini sejuk dan adem berkat kehadiran ibu-ibu Muslimat.
“Katanya Jakarta sedang panas. Sebetulya tidak, hanya hangat, apalagi ketika ibu-ibu Muslimat ada di Jakarta, tambah adem dan sejuk,” tutur Jokowi di hadapan sekitar 10.000 kader Muslimat NU yang hadir dalam pembukaan Kongres ke-17.
Pada kesempatan itu, Jokowi hadir didampingi oleh Mensesneg Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Kesehatan, dan para pimpinan lembaga tinggi negara yang lainnya. Hadir juga dalam pesta demokrasi para perempuan NU ini, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok KH Hasyim Muzadi, Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, H. Asad Said Ali, Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid, beserta sejumlah tokoh lain.
Dalam sambutan singkatnya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang hadir beserta para pengurus lain dan para pimpinan lembaga dan Banom NU itu, sempat menyapa Ketua LP Ma’arif NU KH.Z. Arifin Junaidi yang tampak hadir di tengah peserta Kongres Muslimat.
Kiai Said mengungkapkan kebanggaannya atas peran Muslimat yang telah mengelola pendidikan anak-anak di lingkungan NU, demikian pula LP Ma’arif NU yang mampu membina lebih dari 13.000 madrasah dan sekolah NU di seluruh Indonesia.
“Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi bahaya Narkoba yang melanda kalangan anak-anak dan remaja, namun alhamdulillah tidak terjadi di kalangan madrasah Ma’arif,” ujar Ketua Umum PBNU dengan bangga mengungkapkan dihadapan Pressiden dan peserta Kongres Muslimat NU.
Presiden Joko Widodo juga menyinggung persoalan keragaman budaya, etnis, dan bahasa yang dimiliki Indonesia. Dalam catatannya, ada 646 bahasa lokal, dengan 1.128 suku bangsa hidup di Indonesia.
"Banyak sekali. Berbeda kulit, rambut, berbeda mata, beragam sekali bangsa kita ini. Tadi disampaikan oleh KH Said Aqil (Ketum PBNU) yang satu suku saja bisa berkelahi, berperang. Kita ini 1.128, ini yang perlu saya ingatkan, kita jaga," tegas Presiden.
Sebelumnya, Kiai Said Aqil memang menyinggung perang saudara di berbagai negara di kawasan Timur Tengah. Seperti Afghanistan, Irak, Suriah, dan Yaman. Padahal, mereka berasal dari suku yang sama. Kondisi ini kontras dengan Indonesia. Bahkan, kabupaten yang bertetangga bisa memiliki cara berbeda dalam menyampaikan salam.
Jokowi mencontohkan Nias, Karo dengan Toba, yang punya adat dan budaya berbeda. Padahal, mereka masih dalam provinsi yang sama, Sumatera Utara. "Saya setiap datang ke provinsi, pulau kecil kabupaten/kota, betul-betul merasakan sekali berapa kita berbeda-beda, beragam. Satu provinsi saja sudah berbeda-beda," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, keberagaman ini selalu diingatkan Ibu Shinta Nuriyah, istri mendiang Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kebetulan, Shinta turut menghadiri pembukaan Kongres Muslimat NU ini.
"Saya sering diingatkan ibu Shinta Wahid, mengenai keberagaman, kemajemukan kita untuk hati-hati. Kalau bertemu beliau, selalu ingatkan saya. Inilah anugerah Allah yang diberikan ke kita," tandas Jokowi.
Usai Pidato berkumandang suara tabuhan rebana yang diiringi lantunan sholawat.ditampilkan Tim Paduan Suara PC Muslimat NU Jombang dan PC Muslimat NU Lamongan menandai dibukaannya perhelatan Kongres secara resmi oleh Presiden Jokowi. wago.
Sumber : Maarif NU